![]() |
https://www.voaindonesia.com |
Suatu pengalaman berkesan bisa
berada di Timika, Papua karena saya bisa melihat lebih
dekat suasana kehidupan disini. Mulai dari mengamati bagaimana orang-orang asli Papua (OAP) berinteraksi,
melihat kedekatan mereka dengan keluarganya dan juga perjuangan anak-anak muda
Papua yang menimba ilmu di bangku sekolah.
Anak-anak Papua yang semangat
bersekolah adalah suatu perjuangan yang patut diacungi
jempol. Mereka menempuh berbagai lika-liku kehidupan dalam
merajut mimpi-mimpinya menjadi orang berpendidikan. Mulai dari
persoalan biaya, perlengkapan sekolah ,moda transportasi hingga tantangan dari dalam
keluarganya sendiri.
Untung saja pemerintah
Papua menaruh perhatian cukup besar pada
dunia pendidikan sehingga anak-anak OAP mendapat keringanan biaya bahkan ada yang gratis di beberapa
sekolah. Hal ini membawa angin segar bagi mereka sehingga
tak perlu pusing dengan biaya. Jika kemudian ada biaya-biaya, mereka
berusaha mencari biaya tambahan itu
dengan melakukan banyak hal seperti menjual hasil kebun atau hasil dulangan.
Saya salut dengan anak-anak
OAP yang tidak mengenal kata malu dalam bersekolah. Mereka tetap semangat
sekolah sekalipun baju seragamnya lusuh,
sepatu lecek bahkan ada yang tanpa alas kaki ke sekolah.
Yang terpenting mereka bisa bersekolah. Untung saja banyak sekolah yang sudah maklum
akan hal itu. Jika jika jarak
perjalanan ke sekolah cukup jauh, mereka meminta belas kasihan kepada para
pengemudi pickup/ truk yang melintas
searah sekolah mereka dengan cara mengacungkan tangan sebagai tanda
minta tumpangan bagi setiap kendaraan yang lewat. Walaupun terkadang
mereka menemui kekecewaan karena tak semua pengemudi menepi mengangkut mereka,
namun semangat mereka sekolah tak pudar.
Tak hanya itu, tantangan yang
cukup berat kadang muncul dari keluarga
sendiri yang tak mengerti bahwa pendidikan itu penting. Terkadang ada anggota keluarga yang
mengatakan bahwa tak ada gunanya sekolah, mendingan bantu keluarga mencari makanan
dan kayu di kebun/hutan atau menemani keluarga mencari ikan. Mereka
membutuhkan perjuangan menyakinkan kepada keluarga bahwa mereka bersekolah
agar kelak bisa menjadi sosok yang membanggakan keluarga .
Tentang
Pemuda Papua Yang Sekolah Di Luar Papua
![]() |
belmawa.ristekdikti.go.id |
Saya angkat
topi kepada pemuda-pemudi Papua yang berani keluar
dari Papua untuk menimba ilmu. Kebanyakan mereka tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Tentu hal
ini sulit, karena hal ini membutuhkan pengorbanan yang besar. Mereka
meninggalkan kebersamaan keluarga, dan
diperhadapkan dengan kesulitan mencari panganan yang sering mereka
konsumsi seperti sagu, pinang dan olahan papeda di tanah rantau. Belum lagi
mereka harus sehemat mungkin karena keterbatasan dana bantuan dari pemerintah.
Beruntung saja ada perhatian dari pemerintah melalui program beasiswa dan
penyediaan asrama.
Untuk saudara-saudaraku,
pemuda-pemudi OAP di luar Papua, Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada mereka
yang berani merantau, keluar dari zona nyaman, hidup dalam keterbatasan dana beasiswa,
bagaimana meninggalkan keluarga dan kebiasan-kebiasan lainnya yang sulit
dilakukan di tanah rantau. Memang, susah hidup di daerah perantauan
karena mereka kadang mendapat perlakuan diskriminasi . Sekalipun
mereka tak mengusik orang disekitarnya, ada saja orang-prang
sumbu-sumbu pendek merasa
terganggu. Tetap semangat kawan-kawanku, karena perjuangan kalian
begitu berat dalam menempuh cita-cita membangun Papua keluar dari jurang
kemiskinan dan disparitas.
Sebagai kata penutup, sa hormat
dengan perjuangan kalian. Terus semangat sekolah biar kalau kalian
pulang ke Papua, bisa bangun daerah ini lebih lebih
maju lagi sehingga ko pu masyarakat bisa lepas dari jurang ketertinggalan.
Tulisan ini saya publikasikan juga di Akun Kompasianaku
Tulisan ini saya publikasikan juga di Akun Kompasianaku