Kasus Freeport versus Pemerintah
Indonesia yang terus berkepanjangan menimbulkan efek domino yang dirasakan oleh
pemerintah Daerah Papua, Masyarakat
Papua dan orang-orang yang bekerja di bawah naungan Freeport
(karyawan,kontraktor dan privatisasinya). Adapun langkah yang ditempuh oleh
perusahaan Freeport Indonesia dalam menghadapi krisis adalah melakukan efisiensi
alias penghematan. Salah satu keputusan terbesar yang diambil adalah memberikan
“surat cinta” kepada karyawannya berupa pemberitahuan Furlough (dirumahkan) dan
ada juga yang mendapat pemecatan alias PHK.
Bagi pemerintah, dengan terpaksa
memangkas anggaran dikarenakan PAD dari Freeport berkurang akibat terbatasnya
kegiatan produksi. Bagi kalangan pengusaha, hal ini menganggu aktivitas
perekonomian utamanya di daerah Timika dikarenakan daya beli masyarakat lagi
menurun. Di kalangan pelajar, berhembus kabar bahwa 900 penerima beasiswa
Freeport terancam pulang kampung karena dana terbatas. Dan masih banyak dampak
negatif lain yang akan panjang jika diuraikan satu persatu.
Selidik punya selidik, ternyata dibalik
semuanya itu, tersimpan cerita yang boleh dikata merupakan hikmah positif dari
adanya polemik ini. Apa sajakah itu? Mari kita ulas satu persatu
1. Mengusik Rasa Penasaran Masyarakat
Untuk Mengenal Lebih Dekat Kegiatan Freeport Indonesia
Spanduk Menolak Freeport |
Spanduk Mendukung Freeport |
Sehingga Menjadi Cerdas dan Kritis Duel
antara pemerintah dengan perusahaan tambang mineral ini memunculkan rasa ingin
tahu dari masyarakat mengenai akar penyebab dari semuanya ini. Salah satu jalan
yang ditempuh untuk mengobati rasa keingintahuannya adalah dengan mencari tahu
informasi baik melalui studi literatur yang didapat dari pemberitaan di media
massa maupun di media online dan ada juga yang langsung bertanya pada karyawan
yang bekerja di bawah naungan Freeport.
Alhasil, mereka mulai mempelajari apa itu
Kontrak karya, Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Undang-undang Minerba,
mempelajari dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas Freeport, mengetahui
bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat suku asli Papua yang
digelontorkan dalam bentuk dana CSR. Secara tak langsung polemik ini mendidik
masyarakat untuk berpikir cerdas dan kritis yang pada akhirnya membuat
masyarakat jeli untuk menentukan pilihannya, mendukung pemerintah atau
mendukung Freeport.
2. Membangkitkan Blogger Mimika dari Tempat Duduknya untuk Ikut Andil Berpendapat
Pada mulanya saya berpikir bahwa hanya saya Blogger yang masih aktif di Kabupaten Mimika, daerah dimana Freeport berdiri. Sebelum saya , ada beberapa blogger di Timika, namun blognya sudah tidak update lagi beberapa tahun belakangan ini. Namun ternyata sejak kasus Freeport bergulir, beberapa Blogger terketuk hatinya untuk ikut andil mengutarakan uneg-unegnya. Walaupun sudah tidak berdomisili di Papua, namun masih ada perhatian mereka terhadap daerah yang pernah mereka diami. Sebut saja Mbak Novia Domi yang merupakan istri kontraktor Freeport (silahkan baca curahan hatinya di SINI) ada juga Mas Yosua yang merupakan karyawan Freeport (silahkan baca pendapatnya di SINI). Selain itu juga muncullah dua orang Blogger Kompasiana yang sudah lama vakum. Ada Kak Surianto yang sudah sekitar 5 tahun tidak menulis di Kompasiana. Tulisan terbaru beliau mengenai dampak kisruh Freeport terhadap pendidikan putra putri Papua (silahkan baca tulisannya di SINI). Ada juga Mas Daniel yang walaupun tidak menulis artikel tapi aktif berkomentar di kolom komentar yang membahas konflik ini.
3.Mendapat Teman-Teman Baru
Akibat postingan Blog saya yang berjudul
Efek Domino Kasus Freeport dari Sudut Perantau di Mimika, Papua yang mendapat
respon yang cukup hangat di masyarakat. Pembacanya sudah menembus angka 5450
orang (Silahkan baca tulisannya di SINI). Ada yang mengutarakan apresiasinya
kepada saya baik melalui media sosial maupun lewat social massaging. Tulisan
ini pada akhirnya membuat saya mendapat teman-teman baru baik itu dari kalangan
Freeport maupun dari masyarakat Papua. Sebut saya tim Corcom
Freeport (Mas Karel Luntungan, Iwan Kurniawan, Meliana Mitapo, Pak Hendrikus
Purnomo), ada juga Mbak Luluk Intarti, Mas Darwin Yulianto Sawaki, Ibu Estherice
Hogamina,Mas Spencer Paoh, Pak Stefanus Branco Kalesaran, Pak Hendri Wakum, Mr.
Stewart Maclennan, Pak Darius Sabon, Pak Ramdani Sirait, Pak Pdt. Paul
Maniagasi, Pak Lubis Rusdian, Ibu Sari Esayanti, Kak Hovi Swastika, Mas Diondy
Lananda, Kak Ferry Sitohang, dan masih banyak lagi yang tak bisa
disebutkan satu per satu. Kebanyakan pertemanannya di dunia maya baik itu
di facebook dan Twitter tapi ada juga beberapa yang sudah bertemu
langsung. Sebagai orang yang belum cukup setahun di Mimika, ada rasa senang
mendapat teman-teman baru. Hal ini membuat saya betah berada di daerah yang
memiliki semboyan Eme Neme Yauware. Harapannya semoga pertemanannya awet tidak
hanya pada saat polemik ini saja.
4.Menyadarkan Orang Angkuh Menjadi Humanis
Ada perubahan sikap dari segelintir
kerabatku saat mulai kerja dibawah Freeport Indonesia. Mereka menujukkan sikap
yang keliatan angkuh dan sombong. Mungkin karena mereka udah punya gaji
yang lumayan besar, bisa beli ini itu, yang pada akhirnya dibutakan oleh uang.
Kata orang bijak Toraja mengatakan bahwa “tae’na bela lesse2 sia saile-saile
ki. Untiro lindo ta saja tae’ na morai apalagi ke lanakambaroan ki (artinya tak
pernah sapa-sapa kita selama ini. Melihat wajah kita saja mana mau apalagi mau
menegur).Nah, sejak polemik ini bergulir, ternyata ada hikmahnya. Semenjak ada
isu Furlough (dirumahkan) dan PHK, mereka mulai menunjukkan perubahan sikap,
lebih humanis dan ramah. Ada satu teman saya bersaksi bahwa dari kejadian ini
membuat mata mereka terbuka bahwa mereka bisa membedakan mana teman atau
keluarga yang ada saat senang-senang saja, mana keluarga atau teman yang
benar-benar sejati senantiasa masih membuka hati menerimanya sekalipun pernah
disakitin.
Penutup
Dibalik suatu kejadian tak hanya
menyimpan dampak yang negatif, tapi jika kita coba resapi dan renungi, pasti
ada saja cerita-cerita inspiratif yang menggugah perasaan. Saya yakini
ada rencana Tuhan dibalik semuanya ini. Dan harapannya semoga efek domino dari
kejadian ini bisa pulih kembali mulai dari kejelasan nasib karyawan, roda
perekonomian di Mimika normal kembali, pemerintah bisa mengkalkulasi anggaran
yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia, LPMAK
bisa melakukan kinerja dengan normal dan lain-lain. Seperti judul lagu rohani
bahwa akan ada pelangi sehabis hujan, sehabis kisruh ini, pasti akan tersimpan
suatu kenangan indah dan sejarah bagi masyarakat Papua utamanya di Kabupaten
Mimika. Salam perdamaian. #Papuabicara
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino