Empat Hikmah Positif Dari Kasus Freeport - Heriyanto Rantelino

Empat Hikmah Positif Dari Kasus Freeport

Empat Hikmah Positif Dari Kasus Freeport




Kasus Freeport versus Pemerintah Indonesia yang terus berkepanjangan menimbulkan efek domino yang dirasakan oleh pemerintah  Daerah Papua, Masyarakat Papua dan orang-orang yang bekerja di bawah naungan Freeport (karyawan,kontraktor dan privatisasinya). Adapun langkah yang ditempuh oleh perusahaan Freeport Indonesia dalam menghadapi krisis adalah melakukan efisiensi alias penghematan. Salah satu keputusan terbesar yang diambil adalah memberikan “surat cinta” kepada karyawannya berupa pemberitahuan Furlough (dirumahkan) dan ada juga yang mendapat pemecatan alias PHK.

Bagi pemerintah, dengan terpaksa memangkas anggaran dikarenakan PAD dari Freeport berkurang akibat terbatasnya kegiatan produksi. Bagi kalangan pengusaha, hal ini menganggu aktivitas perekonomian utamanya di daerah Timika dikarenakan daya beli masyarakat lagi menurun. Di kalangan pelajar, berhembus kabar bahwa 900 penerima beasiswa Freeport terancam pulang kampung karena dana terbatas. Dan masih banyak dampak negatif lain yang akan panjang jika diuraikan satu persatu.

 Selidik punya selidik, ternyata dibalik semuanya itu, tersimpan cerita yang boleh dikata merupakan hikmah positif dari adanya polemik ini. Apa sajakah itu? Mari kita ulas satu persatu

1. Mengusik Rasa Penasaran Masyarakat Untuk Mengenal Lebih Dekat Kegiatan Freeport Indonesia
Spanduk Menolak Freeport

Spanduk Mendukung Freeport


Sehingga Menjadi Cerdas dan Kritis Duel antara pemerintah dengan perusahaan tambang mineral ini memunculkan rasa ingin tahu dari masyarakat mengenai akar penyebab dari semuanya ini. Salah satu jalan yang ditempuh untuk mengobati rasa keingintahuannya adalah dengan mencari tahu informasi baik melalui studi literatur yang didapat dari pemberitaan di media massa maupun di media online dan ada juga yang langsung bertanya pada karyawan yang bekerja di bawah naungan Freeport. 

Alhasil, mereka mulai mempelajari apa itu Kontrak karya, Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Undang-undang Minerba, mempelajari dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas Freeport, mengetahui bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat suku asli Papua yang digelontorkan dalam bentuk dana CSR. Secara tak langsung polemik ini mendidik masyarakat untuk berpikir cerdas dan kritis yang pada akhirnya membuat masyarakat jeli untuk menentukan pilihannya,  mendukung pemerintah atau mendukung Freeport.


2. Membangkitkan Blogger Mimika dari Tempat Duduknya untuk Ikut Andil Berpendapat


Pada mulanya saya berpikir bahwa hanya saya Blogger yang masih aktif di Kabupaten Mimika, daerah dimana Freeport berdiri. Sebelum saya , ada beberapa blogger di Timika, namun blognya sudah tidak update lagi beberapa tahun belakangan ini. Namun ternyata sejak kasus Freeport bergulir, beberapa Blogger terketuk hatinya untuk ikut andil mengutarakan uneg-unegnya. Walaupun sudah tidak berdomisili di Papua, namun masih ada perhatian mereka terhadap daerah yang pernah mereka diami. Sebut saja Mbak Novia Domi yang merupakan istri kontraktor Freeport (silahkan baca curahan hatinya di SINI) ada juga Mas Yosua yang merupakan karyawan Freeport (silahkan baca pendapatnya di SINI). Selain itu juga muncullah dua orang Blogger Kompasiana yang sudah lama vakum. Ada Kak Surianto yang sudah sekitar 5 tahun tidak menulis di Kompasiana. Tulisan terbaru beliau mengenai dampak kisruh Freeport terhadap pendidikan putra putri Papua (silahkan baca tulisannya di SINI). Ada juga Mas Daniel yang walaupun tidak menulis artikel tapi aktif berkomentar di kolom komentar yang membahas konflik ini.


3.Mendapat Teman-Teman Baru


Akibat postingan Blog saya yang berjudul Efek Domino Kasus Freeport dari Sudut Perantau di Mimika, Papua yang mendapat respon yang cukup hangat di masyarakat. Pembacanya sudah menembus angka 5450 orang (Silahkan baca tulisannya di SINI). Ada yang mengutarakan apresiasinya kepada saya baik melalui media sosial maupun lewat social massaging. Tulisan ini pada akhirnya membuat saya mendapat teman-teman baru baik itu dari kalangan Freeport  maupun dari masyarakat Papua.  Sebut saya  tim Corcom Freeport (Mas Karel Luntungan, Iwan Kurniawan, Meliana Mitapo, Pak Hendrikus Purnomo), ada juga Mbak Luluk Intarti, Mas Darwin Yulianto Sawaki, Ibu Estherice Hogamina,Mas Spencer Paoh, Pak Stefanus Branco Kalesaran, Pak Hendri Wakum, Mr. Stewart Maclennan, Pak Darius Sabon, Pak Ramdani Sirait, Pak Pdt. Paul Maniagasi, Pak Lubis Rusdian, Ibu Sari Esayanti, Kak Hovi Swastika, Mas Diondy Lananda,  Kak Ferry Sitohang, dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu per satu.  Kebanyakan pertemanannya di dunia maya baik itu di facebook dan Twitter  tapi ada juga beberapa  yang sudah bertemu langsung.  Sebagai orang yang belum cukup setahun di Mimika, ada rasa senang mendapat teman-teman baru. Hal ini membuat saya betah berada di daerah yang memiliki semboyan Eme Neme Yauware. Harapannya semoga pertemanannya awet tidak hanya pada saat polemik ini saja. 


4.Menyadarkan Orang Angkuh Menjadi Humanis

Ada perubahan sikap dari  segelintir kerabatku saat mulai kerja dibawah Freeport Indonesia. Mereka menujukkan sikap yang keliatan angkuh dan sombong. Mungkin karena  mereka udah punya gaji yang lumayan besar, bisa beli ini itu, yang pada akhirnya dibutakan oleh uang. Kata orang bijak Toraja mengatakan bahwa “tae’na bela lesse2 sia saile-saile ki. Untiro lindo ta saja tae’ na morai apalagi ke lanakambaroan ki (artinya tak pernah sapa-sapa kita selama ini. Melihat wajah kita saja mana mau apalagi mau menegur).Nah, sejak polemik ini bergulir, ternyata ada hikmahnya. Semenjak ada isu Furlough (dirumahkan) dan PHK, mereka mulai menunjukkan perubahan sikap, lebih humanis dan ramah. Ada satu teman saya bersaksi bahwa dari kejadian ini membuat mata mereka terbuka bahwa mereka bisa membedakan mana teman atau keluarga yang ada saat senang-senang saja, mana keluarga atau teman yang benar-benar sejati senantiasa masih membuka hati menerimanya sekalipun pernah disakitin.


Penutup



 Dibalik suatu  kejadian tak hanya menyimpan dampak yang negatif, tapi jika kita coba resapi dan renungi, pasti ada saja cerita-cerita  inspiratif yang menggugah perasaan. Saya yakini ada rencana Tuhan dibalik semuanya ini. Dan harapannya semoga efek domino dari kejadian ini bisa pulih kembali mulai dari kejelasan nasib karyawan, roda perekonomian di Mimika normal kembali, pemerintah bisa mengkalkulasi anggaran yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia, LPMAK bisa melakukan kinerja dengan normal dan lain-lain. Seperti judul lagu rohani bahwa akan ada pelangi sehabis hujan, sehabis kisruh ini, pasti akan tersimpan suatu kenangan indah dan sejarah bagi masyarakat Papua utamanya di Kabupaten Mimika. Salam perdamaian. #Papuabicara



Penulis:
 Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino

Please write your comments