PT. Freeport Indonesia memberikan
kesempatan kepada saya untuk memberikan pandangan mengenai perusahaan tambang
emas terbesar ini. Tak cuma saya sendiri, ada beberapa sosok yang tenar di
daerah ini yg turut memberikan testimoni sebut saja Pak Athanasius Allo Rafra
(tokoh masyarakat dan Mantan Caretaker Bupati Mimika), Pak Claus Wamafma (Wakil
Presiden PT. Freeport Indonesia, Pak Abraham Timang (Ketua Parpol PSI dan
General Secretary LPMAK) dan beberapa tokoh lainnya.
Setiap perusahaan pasti pernah mengalami
masa-masa labil seperti yang dialami anak muda jaman sekarang. Dalam kalkulasi
bisnis, agar bisa menyelamatkan sebuah korporat dari masa-masa sulit, maka
dengan terpaksa perusahaan mengeluarkan keputusan-keputusan yang tidak populis
yang pada akhirnya akan menimbulkan pro dan kontra.
Disadari bahwa perusahaan yang pernah
dipimpin oleh Bapak Chappy Hakim ini bagaimana dua sisi mata uang. Di satu
sisi, telah membuat kerusakan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dan di
satu sisi telah menjadi mitra pemerintah Indonesia dalam membangun Papua. Salah
satu kabar baiknya di minggu ini, Freeport Indonesia sepakat menjual sahamnya
sebesar 51%. Cihuy!
Saya sebagai anak muda umur 20an dan
sebagai penanggung jawab dari salah satu komunitas akademisi nasional, maka
saya berusaha melihat secara jernih apa kontribusi, efek domino dari kasus
Freeport yang bergulir belakangan ini dan apa dampak positif dan negatif dari
keberadaan perusahaan yang usianya sudah 50 tahun di Tanah Papua.
Satu harapan saya sebagai anak muda
Papua bahwa semoga kedepannya tercipta keharmonisan Pemerintah Indonesia, pihak
korporat PT. Freeport Indonesia dan masyarakat Papua utamanya 7 suku.
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino