Dok:Radarmiliter.Blogspot.com |
Lain lubuk, lain
ikannya, lain daerah, lain juga bentuk pergaulannya. Nah, itulah salah satu
pelajaran yang saya dapatkan di Tanah Papua. Ada beberapa perbedaan yang
signifikan yang saya dapatkan ketika berada di Makassar dan Papua utamanya
mengenai cara pergaulan dengan anak mudanya.
Setelah saya berada di sini kurang lebih 9
bulan, saya menemukan ada beberapa kekeliruan perilaku dan persepsi yang
dilakukan anak muda utamanya pemuda yang berasal dari luar Papua. Kesalahan
tersebut menyangkut perilaku dan persepsi yang salah dari pemuda non-Papua yang
pada akhirnya membuat pemuda-pemuda Papua merasa ilfeel dengan
tindakannya. Saya menguraikan beberapa persepsi yang keliru itu di antaranya:
1. Memandang Diri Hebat
Karena merasa dirinya berasal dari daerah
di luar Papua di mana dia mengganggap bahwa pendidikan yang didapatkannya di
luar sana lebih bermutu dan berkualitas, pada akhirnya dia memosisikan diri
sebagai sebagai kaum yang lebih jago, utamanya dalam bidang akademik.
Kesombongan yang membuat dirinya lupa diri. Agar keliatan pintar, dia
menggunakan bahasa-bahasa akademisi sekalipun itu dalam pergaulannya
sehari-hari, padahal kata-kata tersebut belum tentu dimengerti semua orang.
Bagaimana komunikasi yang nyambung satu sama lain adalah faktor yang paling utama
dalam merebut hati pemuda Papua yang akhirnya membuat kita dihargai. Sejalan
dengan waktu, pemuda Papua akan mengerti dengan sendirinya bahwa dia memang
orang terpelajar. Jadi, tak mesti harus show off atau sok-sokkan
pintar di depan mereka. Tak ada salahnya sih menggunakan istilah-istilah
ungkapan tapi tempatkanlah di kalangan orang-orang yang mengerti atau kalangan
terbatas saja. Contohnya nih, menggunakan kata-kata seperti kata hegemoni,
kultur, inflasi ketika berkumpul dengan teman pergaulan di Papua. Apa
salahnya sih menggunakan kata penguasaan, kebudayaan, atau kenaikan untuk
mengganti istilah tersebut. Orang kan lebih mudah mengerti. Bagaimana bisa
menjalin hubungan yang erat dengan pemuda Papua kalau bahasanya saja tidak
dimengerti. Jangan remehkan pengetahuan pemuda Papua loh. Sepanjang pengalaman
saya di sini, kemampuan orang Papua itu ternyata hebat-hebat loh, utamanya
dalam keahlian tentang kajian teknis. Walau mereka terkendala keterbatasan
dalam menjangkau jenjang pendidikan yang tinggi atau keterbatasan sarana dan
prasarana dalam menunjang kemampuan analitis, pengalaman kerja di lapangan
telah menempa mereka menjadi sosok yang kritis dan analitis dalam mengeksekusi
suatu kegiatan.
2. Mengandalkan Kekuatan Suku
Selain suku asli Papua, tanah Papua juga
kebanjiran pendatang yang berasal dari penjuru daerah. Beragamnya suku yang ada
kadang menciptakan pola pikir yang berkutat pada isu primordialisme
(kesukuan). Dan sayangnya ada pemuda yang terperangkap pola pikir tersebut.
Memandang kuantitas penduduk dari sukunya yang banyak, punya pengaruh baik di
pemerintahan maupun di perusahaan swasta sehingga lebih memilih untuk bergaul
sesama sukunya dan mengindahkan suku-suku lain dengan pandangan bahwa tak ada
gunanya bergaul erat dengan mereka, toh mereka tak punya pengaruh signifikan
dalam kehidupannya. Bagi orang-orang yang menganut pikiran sempit ini,
kesukuannya dianggap sebagai tameng sehingga sedikit-sedikit bawa nama sukunya.
Melakukan keonaran karena ulahnya sendiri tapi ketika dapat masalah, dengan
sedikit bumbu-bumbu, dia menempatkan diri sebagai pihak yang teraniaya dan
mengompori sukunya untuk menyerang oknum tertentu. Sekedar informasi ya, isu
primpordialisme di Papua cukup tinggi, buktinya saja kalau ada kasus pasti
tidak ditanya siapa pelakunya, tapi kebanyakan yang ditanyakan adalah asal
sukunya. Mesti menempatkan diri dan cukup bijak dalam menyikapi suatu
persoalan. Satu berbuat, bisa merembes ke permasalahan suku.
3. Siapa Bilang Pemuda Papua Tak Romantis?
Orang kadang berpandangan bahwa orang
Papua adalah orang yang keras, suka bikin onar, cepat emosi, dan banyak
mengalami ketertinggalan dalam segala hal, utamanya dalam menjangkau
pendidikan. Pandangan ini mungkin berangkat dari pemberitaan yang selama ini
menghiasi media cetak dan media elektronik yang menjadi tren pemberitaan kalau
bukan perang suku yah kabar ketertinggalan Papua. Alhasil, kadang orang
non-Papua enggan menjalin hubungan dengan Papua. Dipandang tempramenlah,
dipandang primitiflah, kudetlah dan masih banyak yang lain. Tapi berdasarkan
pengalaman teman-teman yang menjalin hubungan dekat dengan pemuda Papua, kata
mereka bentuk perhatian pemuda Papua pada pasangan tergolong tinggi dan tak
malu-malu menunjukkannya di depan umum. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka
enak diajak hidup susah maupun senang, dan karena biasanya pemuda Papua
dianugerahi talenta dalam menyanyi, mereka mengungkapkan perasaannya dengan
nyanyian yang pada akhirnya membuat yang diincar bisa bikin klepek-klepeklah.
Satu hal, kalau ada saja orang ketiga yang mencoba mengganggu hubungan mereka,
hmm siap-siap dapat hadiah tak terlupakan. Bak sosok Son Goku dalam serial
Dragon Ball, mereka bisa berubah menjadi super saiya 4 jika coba-coba ganggu
pasangannya. Kulitnya hitam manis, kelakuannya pun manis juga. Kalau mau bukti,
coba deh jalin hubungan dengan Papua dan buktikan keromantiasannya.
4. Memanjakan dengan Materi
Ada persepsi yang berkembang bahwa kalau
ingin mendapatkan banyak teman di Papua yang banyak, sering-seringlah traktir
mereka. Waduh, ini persepsi yang kurang tepat. Tak ada salahnya kalau traktir
sekali dua kali, tapi kalau terus-terusan bisa bahaya. Bahaya apa? Jangan
salahkan kalau ke depannya teman-teman itu sering-sering suruh traktir ini
traktir itu karena sudah membentuk pola pikir dari awal mereka mengenai
karaktermu. Mengandalkan materi untuk menarik teman hanya akan membuat kita
mendapatkan teman-teman semu yang ada saat having fun doang. Belum
teruji kualitasnya apakah mereka bisa diandalkan saat kita dilanda musibah. Tak
ada salahnya traktir ketika ada rejeki tapi kalau dipaksakan itu hanya akan
menyakiti diri sendiri.
5. Sungkan untuk "Buang Kata"
Istilah buang kata adalah
istilah yang terdengar asing buat saya. Awalnya saja bingung apa arti
buang kata tapi setelah saya telaah, ternyata artinya tak sungkan
untuk mengatakan apa keinginan dan ide kita ke orang-orang di sekitar kita,
Jika teman-teman biasanya jarang atau cuek menggunakan kata tolong, permisi,
minta maaf, atau minta izin ke orang sekitar, saran saya
biasakannya itu menggunakan kata-kata tersebut di sini. Orang-orang Papua
sangat menjunjung tinggi adat kesopanan. Oleh karena itu, sekalipun itu
permintaannya sederhana, gunakanlah kata-kata tersebut.
Penutup
Mendapatkan teman di Papua tak
susah-susah amat sih. Hanya mengandalkan keramahan, saling menghargai, saling
menghormati, tak sungkan untuk ungkapkan kata minta maaf, tolong, permisi,
permohonan izin atau istilah di sini buang kata, maka kita akan mendapatkan
teman-teman dari Papua yang ramah dan bersahaja.