Belajar Bijak ala Program "Nebeng Boy" di Timika, Papua - Heriyanto Rantelino

Belajar Bijak ala Program "Nebeng Boy" di Timika, Papua

Belajar Bijak ala Program "Nebeng Boy" di Timika, Papua

Puji Tuhan, walau saya tergolong orang biasa dan masih tergolong muda,  Di Papua dapat banyak kepercayaan sebagai partner cerita dari orang2 dari level orang biasa, karyawan/staf biasa, manager, anggota, pejabat pemerintahan sampai level General Manager (jangan tanya siapa ya karena tak akan beritahu karena mereka percaya ke sa). 

Biasanya kalau mau cerita problem hidupnya,
sa dijemput  dan kita putar2 kota Timika dengan kendaraannya lalu dia ceritakan semua apa yang menjadi beban hidupnya. Putarnya dari Yos Sudarso, Budi Utomo, Hasanuddin dan kembali ke Yos Sudarso lagi sampe putar 3 -5 kali.  

Syaratnya satu , singgah beli kue bolu lapis atau terang bulan dan sambil  saya makan, dia curhat. Pilihan saya ada dua, kalau dia bicara terus berarti tugas saya hanya mendengarkan. Kalau dia bilang, bagaimana menurutmu Ryan, baru  sa kasih sudut pandang/solusi. 

Kalau dia mau menitikkan air mata silahkan, tak ada cemooh bahwa dia rapuh, cemen atau cengeng. Kalau mau maki dalam bahasa binatang atau bahasa kotor lainnya, Silahkan juga. Yang sa pahami setiap orang beda-beda cara menumpahkan emosi dan kekesalannya biar reda dan lega.

 Ini mirip program Youtubenya Boy William yang mengundang tamunya curhat di kendaraannya.
Pertanyaannya yg terlintas dalam benak teman2 adalah kenapa saya mau buang waktu untuk hal ini?  Menurut saya ini adalah kesempatan emas belajar ala model kuliah umum kehidupan dua arah, dia bisa menumpahkan emosinya pada orang yang dipercaya dan saya mendapat pelajaran hidup bagaimana menghadapi problema kehidupan yang dialami orang. 

Saya tak menyangka dibalik penampilannya yang keliatan tegar, bijak, dewasa di depan umum, ternyata dalam lubuk hatinya menyimpan beban mental dan tekanan batin yang luar biasa. Secara tak langsung saya pun belajar berpikir dewasa dan  tetap profesional di depan khalayak  sekalipun beratnya  tekanan hidup dan kerja.Dan hal inilah yang membuat saya betah di Papua karena bisa belajar langsung dari kehidupan mereka yang kelak bisa sa praktekkan nantinya. Prinsip saya, selagi muda manfaatkan untuk belajar sebanyak2nya agar nanti tidak gegabah dan ceroboh buat keputusan.

Please write your comments