Belajar Kesabaran Merintis Karir di Papua dari Kisah Yusuf Rombe dan Hendrik Wakum - Heriyanto Rantelino

Belajar Kesabaran Merintis Karir di Papua dari Kisah Yusuf Rombe dan Hendrik Wakum

Belajar Kesabaran Merintis Karir di Papua dari Kisah Yusuf Rombe dan Hendrik Wakum



            Ada beberapa penyakit sosial kekinian yang hinggap di kalangan anak muda saat ini. Salah satunya yaitu penyakit gengsian. Gengsi karena takut dibully, gengsi karena takut dikatakan anak kere atau gengsi karena takut tidak diterima di lingkungan pergaulannya. Tipe anak muda seperti ini baiknya belajar dari dua tokoh di Mimika, Papua yaitu  Pak Hendrik Wakum, salah satu manager di hotel ternama di Mimika yaitu Rimba Papua hotel (Ex Sheraton) dan Pak Yusuf Rombe  yang merupakan salah satu kontraktor sukses di Mimika dibawa bendera CV. Kurnia Jaya.  Saya memilih dua orang ini karena mereka bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka gengsian. Pak Yusuf Rombe memulai karir sebagai pelayan di rumah makan dan Pak Hendrik mengawali pekerjaan sebagai cleaning service. Dengan penuh kesabaran, mereka  merintis pekerjaan mulai dari nol. Tak ada kata malu dalam kamus hidupnya sekalipun  apa yang dikerjakanya kadang  dipandang  sebelah mata sebagian orang. Kini mereka sudah memetik hasilnya menjadi salah satu  orang sukses di Mimika, Papua.

Merintis dari Titik Nol ala Pak Yusuf Rombe


Pak Rombe mencoba peruntungan ke Papua dengan maksud bekerja di PT. Freeport Indonesia. Sayangnya lamarannya tidak kunjung mendapat balasan sehingga untuk bertahan hidup ia membantu tantenya berjualan makanan khas Toraja sebagai tukang potong daging. Tak hanya itu, ia pernah mencicipi pekerjaan sebagai  tukang cuci mobil dan office boy. Walaupun pekerjaannya dipandang rendahan, tapi tak pernah ia berhenti belajar. Di sela waktu luangnya, ia menambah skill dengan belajar kursus komputer dimana di zaman tersebut masih jarang orang yang belajar komputer.

Setelah itu, pria asal Toraja ini menjadi  tenaga honor di salah satu perusahaan dengan upah Rp. 60.000/bulan. Berkat ketekunannya, ia dipindahkan ke bagian administrasi. Rombe muda kala itu juga membuka peluang bisnis kecil-kecilan dengan menjadi pengantar surat dari kantor ke  barak-barak karyawan dimana harus melewati sebuah bukit yang cukup melelahkan. Dibutuhkan 1-2 jam untuk mengelilingi barak dari barak A sampe barak I.

Dari kegiatan ini, Beliau mendapat upah Rp.200.000 atau tiga kali lipat dari honornya. Setelah bekerja selama 1,5 tahun di Inamco, Pak Rombe pindah menjadi karyawan Ware House PT Freeport Indonesia selama 7 bulan di lokasi tambang Grassberg. Namun beberapa bulan kemudian, Beliau mengundurkan diri dan bergabung kembali di  Inamco dan sambil membuka kios di salah satu barak. Awalnya hanya  menjual rokok, kue dam minuman ringan kemudian berkembang menjadi penjual pakaian. Dengan adanya kios tersebut Pak Rombe bangun jam setengah empat pagi . Lalu melanjutkan pekerjaannya di kantor dari jam 07,30 sampai jam 17.00. Lalu kemudian membuka kiosnya lagi hingga pukul 22.00.  Di barak, ia bisa menjual 1000-1500 kue setiap harinya. Setiap kue yang terjual, Pak Rombe mendapat untung Rp. 50 per buah. 

Terbukti  sejak muda Pak Rombe benar-benar seorang pekerja keras setiap hari dan bermodalkan sikap ketekunan dan sikap pantang menyerah yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu kontraktor sukses di Mimika, Papua. Jasanya laris manis di pasaran karena hasil pekerjaannya memuaskan pihak yang memberi kepercayaan kepadanya.

Tak Telah Berkarya ala Pak Hendrik Wakum

Saya tak menyangka bahwa manager  salah satu hotel ternama di Mimika, Rimba Papua Hotel (dulunya Sheraton) imengawali karirnya sebagai  cleaning service selama dua tahun. Walaupun begitu, ia terus berjuang dan belajar tentang dunia perhotelan. Mulai dari memperhatikan  penampilan agar keliatan menarik di depan tamu, etika melayani , cara menyelesaikan masalah yang mengacu pada SOP hotel tersebut. Setelah menjalani pekerjaan sebagai house keeping, pria kelahiran Jayapura ini lalu berada di posisi operator telepon, guest dervice agent, hingga dipercaya mengendalikan garda terdepan jasa perhotelan, Front Office Department.

Kini suami dari Sonya Urbinaru ini menjadi salah satu manager dari hotel populer di Timika. Pelajaran yang bisa dipetik dari pria kelahiran 15 November 1972 ini adalah bersabar sambil terus  berkarya  dan belajar sekalipun apa yang dikerjakan sekarang adalah pekerjaan yang biasa-biasa saja bagi sebagian orang


Penutup
            Kesabaran, sikap humanis, integritas, ketelitian, dan sikap bertanggung jawab adalah kunci sukses mereka meniti karir. Ini memberikan pelajaran bahwa kesuksesan tidak bisa diperoleh dengan cara instan. Akan ada berbagai jalan berliku, jalan menanjak, dan kerikil-kerikil tajam yang mewarnai kehidupan kita.  Akan ada cemooh dan ejekan  dari orang sekitar yang hendak mematahkan semangat dan cita-cita yang dibangun.

Jika  kita tetap setia dengan perkara-perkara kecil, maka Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara besar kedepannya. Pesan yang saya tarik bahwa tetap lakukan yang terbaik walaupun orang memandang kita dengan sebelah mata karena hasil tidak akan mengkhianati proses. Saya teringat semboyan  “Ora et Labora” yang berarti  berdoa sambil bekerja.

Selamat berjuang meniti karir kawan-kawan muda.

Referensi
Berkeringat dan Tersenyum karya Sili Suli
Aegot.Wordpress.com



Penulis:
 Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino

Please write your comments