Dok:Teknikhidup.com |
Saya cukup miris setelah mendengar kabar tentang salah satu anak muda yang
merupakan lulusan perguruan tinggi di Australia dimana tak cukup sebulan, Dia
mengundurkan diri dari salah satu unit bisnis di Papua. Alasannya simpel, Dia
merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah hal yang tak pantas dikerjakannya dan
tidak suka bekerja sama dengan orang yang tak sederajat dengan tingkat
pendidikannya. Songong amat nih bocah. Ada juga cerita bahwa di suatu instansi
di Papua, terdapat seorang wanita lulusan perguruan tinggi ternama di
Indonesia, terlihat ogah-ogahan bekerja. Setelah ditelusuri, dia merasa tak
terhormat karena mendapat perintah dari seniornya yang berijazah SMA.
Beda lagi dengan kisah yang dialami oleh seorang
kawanku. Dia lulusan perguruan tinggi di Inggris dan berasal dari kalangan menegah ke atas.
Pebisnis mana di Makassar yang tak mengenal nama ayahnya. Namun, berbeda dengan
dua rekan muda diatas, Dia tak merasa gengsi mengerjakan sesuatu. Buktinya, Dia
malah datang mengurusi peminjaman bis ke instansi tempat saya bekerja. Andaikan
Dia gengsi, mana mau mengerjakan perintah itu dan akan menyuruh orang lain untuk
mengerjakan hal itu. Namun Dia sendiri yang menjalankannya seperti yang diamanantkan.
Model seperti inilah yang perlu
diteladani.
Kerja di Papua gak perlu gengsi sob, jalani aja.
Semuanya butuh proses.Untuk memulai proses itu harus dimulai dari bawah. Saya
mendapati ada segelintir anak-anak muda yang berasal dari luar Papua dan mencoba
peruntungan di Bumi Cendrawasih ini dimana ekspektasi mereka terlalu tinggi, Mereka
mengaggap orang-orang di Papua
terbelakang lalu mereka menampakkan diri sebagai sosok yang punya ilmu lebih
dari mereka. Memandang dirinya hebat dan
tak mendengar masukan dari orang lain. Maunya jadi tukang perintah, duduk manis
di kursi hangat dan maunya terima
laporan keberhasilan. Satu hal yang perlu diingat bahwa lain lubuk lain
ikannya, lain daerah tentu lain juga cara kehidupannya. Jika berasumsi
demikian, maka kelak akan menjadi bumerang yang akan mencelakakan diri sendiri.
Bagi saya, jika ada anggapan bahwa pekerja
lapangan itu hanya patut dikerjakan oleh orang-orang yang strata pendidikannya
rendah, itu opini yang keliru. Kata
orang bijak, untuk menjadi seorang yang besar, tak hanya mampu mengurusi
masalah dari sisi ekonomis saja tapi mampu menyelesaikan permasalahan dari segi
teknis juga. Pengalaman di lapangan kelak akan menempa diri untuk mengetahui
permasalahan yang real Kelak, jika ada
bawahan yang hendak tipu-tipu, kita akan mengetahuinya terlebih dahulu karena
sebelumnya kita pernah menjalani pekerjaan itu.
Bukti Orang Sukses
Yang Tak Gengsian Di Papua
Ada beberapa bukti orang-orang di Papua yang
membangun karirnya dari nol dan menjalaninya dengan santai. Pak Yohanis Bassang
yang sekarang jadi wakil Bupati Mimika, dulunya memulai karir sebagai guru honorer
di pedalaman loh. Ada juga Pak Hendrik Wakum
yang awalnya hanya cleaning service di hotel, kini menjadi salah satu
manager di Hotel Rimba Papua. Ada lagi Pak Yohanis Rombe, yang dulunya pernah
jadi office boy, sekarang telah menjadi salah satu kontraktor tersohor di
Papua. Apa resep mereka sehingga mereka
bisa seperti sekarang? Setelah ditelusuri, kunci suksesnya adalah kesabaran,
kejujuran, kedisiplinan, dan inovatif.
Penutup
Tak ada namanya pekerjaan hina dan tak ada pekerjaan yang tak berkelas di
Papua, selagi masih halal jalani aja dengan tabah. Nikmatilah prosesnya karena
itu akan menambah khasanah pengetahuan, pengalaman dan menempa mentalmu. Mengutip salah satu nats dalam kitab suci
bahwa yang “Yang paling besar di antara kamu harus bertindak seperti yang
paling kecil, dan pemimpin harus menjadi seperti pelayan". Untuk menjadi
pemimpin yang baik mesti dimulai menjadi
pelayan yang baik. Tuhan tidak akan menutup mata pada orang-orang yang
kinerjanya baik dan jujur.
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino