Hiperaktifnya Seorang Pemuda di Negeri Rimba Yang Semrawut - Heriyanto Rantelino

Hiperaktifnya Seorang Pemuda di Negeri Rimba Yang Semrawut

Hiperaktifnya Seorang Pemuda di Negeri Rimba Yang Semrawut

 
Dok: kenshiuetsughi.blogspot.co.id
            Di suatu negeri hiduplah seorang anak muda yang penuh energi dan punya banyak mimpi.  Doris, begitulah orang-orang sering menyapanya. Lelaki yang hidup dari keluarga sederhana ini memiliki  idealisme yang tinggi dan menginginkan reformasi di segala bidang. Walaupun masih muda, pikiran bisa menerawang kedepan, boleh dikata buah pemikirannya hampir menyamai orang-orang dewasa. Tak hanya itu, dia adalah pribadi yang suka bertualang dan mencoba hal yang baru.

            Kawan-kawannya kadang tak mengerti pola pikir dan langkah apa yang hendak di tempuh. Dibalik sosoknya yang keliatannya biasa-biasa saja, dia kadang tak terduga melakukan manuver yang tak disangka-sangka. Julukan sebagai kutu loncat, mata elang, kuda hitam adalah sebutan yang cocok untuknya. Siapa pun takkan bisa mengerti langkah-langkahnya termasuk teman dekat dan orang tuanya sendiri.

teknokita.com


            Berkelana dari negeri lautan menuju ke negeri rimba di seberang sana. Bergelantungan dari satu tempat ke tempat lain telah memperkayanya akan banyak pengalaman dan inspirasi. Inilah yang menjadi modalnya untuk melakukan usulan perubahan akan apa yang terjadi. Salah satu hal yang membuat dia ingin bergerak adalah melihat kondisi negeri tempat dia berada sekarang mengalami banyak kemunduran ketimbang di negeri asalnya. Dia pun menelaah dan menemukan sejumlah akar permasalahannya yaitu

1. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Yang Ruwet
Perencanaan infrastruktur  negeri itu  terlalu berfokus pada pengeluaran dalam siklus anggaran tahunan. Siklus ini biasanya berlanjut untuk beberapa bulan setelah awal tahun anggaran. Perencanaan pengeluaran dipersulit karena persetujuan disyaratkan oleh masing-masing para perwakilan rakyat di negeri rimba itu. Rintangan prosedural ini pada akhirnya berimbas padai mutu perencanaan dan mutu investasi infrastruktur.

2. Kurang Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan
Koordinasi antara masing-masing pemangku kepentingan tingkat lokal dan tingkat regional di negeri itut hanya terjadi secara dadakan. Misalnya, jalan di daerah lokal dibangun tanpa rencana apa pun untuk menghubungkannya dengan jaringan jalan raya tingkat regional dan nasional yang lebih luas. Akibatnya, volume lalu lintas pada jalan yang dibangun tidak memenuhi syarat untuk dapat digolongkan sebagai investasi yang produktif

dok:Imgrum.com


3. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Yang Menyebar
Di negeri rimba ini, masyarakat kurang menghargai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dari  seseorang. Mau IQ mu setinggi langit, integritasmu tak diragukan lagi, kapabilitasmu mumpuni, pengalamanmu yang berlimpah, tak bisa menjadi indikator yang mementukan kamu dapat diterima di negeri rimba ini. Pemangku kepentingan di negeri ini lebih memihak  pada orang-orang yang punya satu garis asal usul suku dan keluarga.  Ada syarat lain sih,  asal kamu bisa tampil menjilat , kamu akan mendapat tempat di hati mereka dan juga mendapatkan posisi jabatan yang lumayan.

Ada pula tingkah laku dari keluarga pemangku kepentingan di negeri ini yang memberikan ultimatum bahwa  mereka harus dilibatkan dalam suatu proyek daerah, jika tak mau maka tak dianggap lagi sebagai bagian dari keluarga. Alhasil, pejabat tersebut  dilanda dilema luar biasa sehigga terpaksa menggadaikan integritasnya, tersandera oleh keluarga dan tidak independen lagi.

Terkait dengan dana anggaran, dicarilah proyek-proyek yang kadang mengada-ada. Di anggaran menggunakan bahan kelas satu tapi di lapangan menggunakan barang kelas tufa. Tak hanya itu, dana anggaran digelembungkan dan dikorupsi berjamaah sedangkan para penegak yang mengaudit dananya justru minta bagian juga. Kata si Tatan, “Kacau Balau”

 
Dok: ahimsadenhasafrizal.wordpress.com
4. Sukuisme Yang Tergolong Tinggi
Sebenarnya mayoritas  rakyat negeri rimba ini baik-baik tapi Doris juga menemukan masyarakat yang  sumbu pendek  yang menganggap bahwa mereka punya kuasa penuh terhadap daerahnya. Apapun yang dilakukannya adalah semuanya benar. Toh, dalam benak mereka, ini tanah mereka, ini daerah mereka, para pendatang hanyalah orang yang menumpang. Mau langgar lalu lintas kek, mau mencuri kek, terserah mereka. Tak ayal, pemahaman inilah yang mengganggu ketertiban, keamanan, kedamaian dalam masyarakat. 

Adapun undang-undang di negeri  rimba ini berbunyi
Pasal 1,  tidak ada masyarakat suku rimba yang salah.
Pasal 2, jika ada suku rimba yang salah, kembali ke pasal 1

Jika terjadi suatu konflik, sekalipun penyebabnya dari orang suku rimba ini,  kamu tetap salah. Ada dua tawaran solusi yang diajuakan masyarakat rimba tersebut yaitu meminta nominal bayaran yang sangat tinggi atau jika tidak bisa dipenuhi maka masyarakat suku pelaku dan masyarakat suku korban  harus menyelesaikan secara adat alias mesti ada pertumpahan darah.

 
Dok:Imgrum.com
5. Penyakit Mental Yang Merajalela
 Iri hati adalah penyakit mental nomor satu di negeri ini. Mereka yang mengidap penyakit ini darahnya mendidih dikala melihat orang yang sukses dibanding mereka.  Mereka melakukan banyak hal agar orang-orang yang berprestasi tersebut tumbang di tengah jalan dengan cara  mencari point kelemahan dan menyebarkan fitnah. Sebenarnya penyakit ini gak tak boleh jika pikiran dewasa ada dalam benak mereka. Simpel aja kok,  fokus pada  latar belakang kesuksesan orang tersebut.

Tak hanya itu, penyakit mental yang lainnya yaitu rakus. Misalnya saja, ada kebijakan diberi dari pemangku kepentingan dengan harapan meningkatkan pendapatan dan menciptakan lingkungan yang rapi dan tertata. Eh, malah penyakit rakusnya kambuh. Mau untung dua kali, mereka menjual kembali fasilitas tersebut dan kembali menjalani kegiatan usahanya seperti sedia kala.


6. Keserakahan Penguasaan Sumber Daya Alam
  Ada enam potensi yang memunculkan konflik yaitu konflik penguasaan SDA, konflik kepentingan, konflik peruntukan, konflik kewenangan, konfloik komersiasliasi nilai-nilai budaya dan konflik dampak.

Salah satu faktor munculnya konflik di negeri ini adalah motif ekonomi dimana penguasaan sumber daya ekonomi termasuk sumber daya alam oleh kelompok tertentu atau kelompok pemodal tertentu yang menyebebabkan hak masyarakat adat terabaikan dari kehidupan ekonominya dan hidup menderita di atas kelimpahan sumber daya alam yang bernilai ekonomi adalah merupakan potensi konflik.


Disparitas pengelolaan SDA yang didominasi warga luar pendatang menyebebkan orang pribumi sulit bersaing dan terpinggirkan dari persaingan ekonomi modern. Realita menunjukkan orang pribumi hanya mampu bertahan pada ekonomi subsitem dengan mengandalkan pada produksi lokal yang bersifat tradisional. Sementara produksi ekonomi pasar  sudah dikuasai pendatang, sehingga tercipta jurang pemisah ekonomi pasar yang semakin mendalam. Kenyataan seperti ini sering membuat pemicu konflik yang bisa mengarah pada isu diskriminasi ekonomi,  dan kemudian berimpikasi politisasi isu rasial dimana orang pribumi secara sistematis dimiskinkan di atas tanahnya sendiri.

Isu politisasi ekonomi semakin kuat ketika hasil ekspoitasi sumber daya alam yang bersumber dari pertambangan mineral, gas, bumi, kehutanan dan perikanan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pribumi. Malah kontribusinya dari SDA tersebut lebih besar masuk ke kas negara, sementara kucuran dana dari kas negara ke rakyat pribumi lebih kecil tidak sebanding dengan kapasitas sumbangan kepada kas negara.  Kenyataan ini menjadi isu-isu komoditi politik  oleh kelompok tertentu lalu dilakukan aksi-aksi protes yang akhirnya tercipta konflik.


Belum ada ketegasan yang serius oleh pemerintah setempat dan memberi kebebasan kepada orang lain, sehingga mereka masuk saja dan menggarap lahan yang kosong, harusnya gunakan sementara seakan-akan para pendatang sebagai pemilik lahan. Pendatang juga menantang dengan alasan dia sudah mendapat surat izin dari pemerintah, sudah terlanjur mendirikan bangunan yang permanen, sudah berinvestasi besar-besara, belum kembali  modal, sehingga satu-satunya jalan adalah menyeret pemilik lahan kepada pengadilan. 



Tawaran Solusi Doris

tamanbahasaindonesia.blogspot.co.id

Pembangunan infrastruktur yang direncanakan dengan baik akan mendukung pertumbuhan yang mantap serta pembangunan ekonomi di negeri rimba ini. Bila segala sesuatunya dilakukan sekaligus dengan terburu-buru, bisa terjadi pemborosan sumber daya tanpa ada lagi kemungkinan untuk memulihkannya, dengan berbagai konsekuensi yang menghancurkan dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.Walaupun cenderung masalah politik sulit diatasi, namun semua rencana induk sektoral dan lintas sektoral yang disebutkan di atas membutuhkan komitmen dari instansi-instansi di semua tingkatan pemerintahan.

Pemerintah harus memutuskan kawasan-kawasan terpencil mana yang akan dihubungkan dengan
jalan raya dalam jangka pendek, dan kawasan-kawasan terpencil mana yang masih harus bergantung  pada suatu sarana dan prasarana  jangka panjang. Keputusan ini harus tetap dijalankan agar pembangunan infrastruktur dapat berlanjut negeri rimba ini dengan dukungan semua pihak untuk mencapai sasaran yang sama. Bantuan teknis dari para donor masih dapat diharapkan, tetapi pemerintahlah yang harus menggerakkan prosesnya.


Tantangan utama bagi pemangku kepentingan di negeri rimba ini  adalah bagaimana menggunakan pendapatan mereka sendiri secara bijaksana dan produktif untuk mengoperasikan serta memperluas jaringan infrastruktur tersebut.






Penulis:
 Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino
Please write your comments