Komunikasi
dengan format diskusi dan debat adalah salah satu yang menarik dalam kehidupan
anak muda. Momen ini digunakan sebagai wadah aktualisasi diri dan menyerukan
apa yang ada dalam benak pikiran. Ada keasyikan sendiri saat melakukannya
dengan sesama anak muda yaitu tak perlu takut dianggap pemikirannya dangka dan
tak perlu khawatir ide tersebut dianggap bodoh. Boleh dikata, anak muda masih “perjaka”
pemikirannya, jauh dari kontaminasi pikiran curang ala politisi, lebih dominan
idealismenya ketimbang rasionalitasnya sehingga masih bisa menjadi jati diri
sesungguhnya dan mampu mempertanggungjawabkan
apa yang diungkapkannya.
Pemuda-pemudi
yang hendak berdiskusi atau berdebat tentunya mempersiapkan segala macam
amunisinya seperti membaca segala literatur/referensi terkait topik yang hendak
dibahas yang kelak bisa dijadikan sebagai pendukung opini dan untuk menghadapi counter
attack alias sanggahan dari pihak oposisi.
Ada
banyak manfaat loh dari model komunikasi ini mulai dari memacu diri untuk
berpikir kritis, memperkaya wawasan, melatih diri tampil pede mempresentasikan
tanggapan di depan publik.
Pada
dasarnya, dalam berdebat dan diskusi, semua peserta punya hak yang sama tanpa
embel-embel jabatan atau umur yang lebih tua. Namun, pada kenyataannya lebih
susah loh berdebat dengan orang dewasa apalagi yang punya pikiran sumbu pendek.
Bersiaplah ketika kelak kamu menyanggah pendapatnya akan ditanggapi secara
sinis sampai-sampai dibawa di luar ranah diskusi. Diceritakannya apa yang
terjadi di ruang debat, mengompori orang yang berperang opini dengannya karena
dianggap melawan atau yang paling parah kalau oknum tersebut mengumpulkan orang-orang
untuk menjadi haters karena dianggap mempermalukannya di depan umum.
Kalau
zaman kita pelajar atau mahasiswa dulu, setelah melewati debat yang cukup alot dan menguras pikiran
serta emosi, kita yang merupakan sesama peserta debat dan diskusi bertindak
seperti tak terjadi apa-apa. Sesuatu yang terjadi di ruangan diskusi cukup
selesai dalam ruangan tersebut, tidak dibawa-bawa hingga ke ranah luar. Ngumpul
bareng lagi, minum kopi, makan gorengan bersama, dan bercerita hal-hal konyol
yang menimbulkan gelak tawa pokoknya situasinya seperti sedia kala . Beda
halnya kalau orang-orang dewasa pikiran sumbe pendek, jangankan mau diajak
ngumpul, dilirik aja tidak ibarat kita
adalah sesuatu yang menjijikkan atau najis untuk dipandang. Hal inilah yang
kadang buat saya geleng-geleng kepala. Mereka udah berumur tapi kok baper,
sensitif sekali. Keliatan cemen sekali
kan.
PENUTUP
Kawan,
mari manfaatkan momen diskusi dengan sesama anak muda karena kelak akan menjadi
modal ketika berdebat dengan orang yang mungkin
memiliki tingkatan jabatan atau jauh lebih dewasa dari kita entah itu di
tempat kerja atau ketika menghadapi birokrat. Selagi itu didukung fakta dan
data, tak ada salahnya head to head dengan mereka utamanya kaum bermental
korupsi.
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino