Salah
satu penulis yang saya kagumi, Pramudya Ananta Toer mengatakan “Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” . Kata
bijak inilah yang kemudian memacu saya untuk mengabadikan pikiran yang
berseliweran di otakku dalam bentuk tulisan.
Saat
ini blog pribadi saya di Kompasiana
sudah menembus 1 juta pembaca.
Suatu hal yang mungkin bagi orang
biasa saja, tapi bagiku itu adalah suatu kebanggan. Tak disangkan, ternyata ada
juga yah warganet yang menyempatkan membaca artikelku sekalipun bahasanya
amburadul. Mohon maklumi saja soalnya saya masih tergolong amatiran dalam dunia tulis menulis.
Saya
mulai menggeluti dunia corat coret ini sejak tahun 2012. Saya masih ingat, pertama kali saya memantapkan diri merilis
tulisan saya ke publik di blog keroyokan Kompasiana. Untuk opini yang singkat,
saya mempercayakan tulisan saya ke usaha
Mark Zuckerberg, Facebook. Selama kurang
lebih 5 tahun menekuninya, ada beberapa tulisan saya yang pernah bertengger di
Koran Kompas, majalan anti korupsi, dijadikan
sebagai referensi penyusunan skripsi,
dan ada beberapa wartawan yang menjadikan buah pemikiran saya sebagai dasar
untuk melakukan peliputan.
Karena
suka menulis, kadang ada teman yang memanggil saya sebagai wartawan. Emang sih saya pernah gabung
di wartawan kampus tepatnya di Channel 08 dan sempat ikut pelatihan jurnalisme,
namun jika dinyatakan sebagai wartawan, saya malu hati soalnya saya tak
mengantongi kartu pers. Lagian juga menjadi wartawan adalah tugas mulia dan
berat dimana seorang wartawan harus memiliki stamina, mental, daya berpikir
kritis dan saat ini saya masih jauh dari persyaratan tersebut.
Dasar
ilmunya saya adalah teknik perkapalan bagian transportasi laut yang tentunya sangat beda dengan kegiatan
wartawan. Namun alasan saya mengikuti kegiatan pelatihan menulis selama ini
adalah karena saya ingin belajar bagaimana membangun konstruksi berpikir saya
dengan baik dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Menjadi
terkenal atau sok eksis bukanlah tujuan utama saya menulis. Saya punya alasan
lain mengapa saya menuangkan gagasan lewat tulisan yaitu:
1.
Sebagai Jurnal Laporan
Saya
ingin melaporkan mengenai apa yang saya amati, apa yang saya dengar, apa yang saya
rasakan lalu menyajikannya kepada warganet. Saya berusaha menayangkan peristiwa yang aktual, bermanfaat dan menarik
untuk diketahui.
2.
Terapi Pengobatan
Saya
menjadikan hobi menulis ini sebagai terapi dari sindrom syaraf saya akibat
menjadi korban malpraktik di tahun 2012. Sebelum menekuni dunia tulis
menulis, saya cepat sekali pusing dan
demam. Terinspirasi dari kisah Mbak
Astri Damayanti, yang mencoba terapi
lewat aktifitas menulis, saya pun mencobanya dan ternyata saya merasakan
dampaknya sekarang.
3.
Membagikan inspirasi dan pengalaman
Lewat
tulisan, saya ingin membagikan inspirasi kepada publik utamanya anak-anak muda untuk turut ikut serta menuliskan kejadian dan
pengalamannya dalam bentuk tulisan.
4.
Membangun Personal Branding
Ladang
untuk eksistensi dan promosikan diri
dalam membangun branding sebagai anak
muda yang mengisi waktunya dengan kegiatan
positif dan bermanfaat
5.
Mewujudkan Cita-Cita Membuat Buku
Saya
bermimpi suatu kelak, tulisan-tulisan saya ini bisa dikumpulkan menjadin sebuat
buku. Saat ini ada beberapa tulisan saya
yang dimasukkan dalam buku karya orang tapi saya belum puas karena saya
menginginkan membuat suatu buku dimana apa yang tertulis dalam buku itu adalah
semua buah pemikiran asli saya.
6.
Album Kegiatan
Tulisan
saya ini sebagai bentuk kumpulan histori
perjalanan saya semasa saya hidup. Saya bermimpi kelak, generasi saya selanjutnya bisa melihat apa
yang saya pernah pikirkan dan lakukan selama
saya hidup.
Saya
berharap kedepannya agar masyarakat utamanya anak-anak muda untuk turut serta
menuliskan apa saja kedalam media sosialnya utamanya di blog. Yah, namanya baru belajar, tentu awalnya sulit
dan saya pun pernah mengalami hal demikian sampai sekarang. Tapi perlahan tapi
pasti akan terbiasa kok. Jangan khawatir akan bahasa yang kurang baku tak
sesuai Ejaan Yang Disempurnakan
Tak
perlu takut dikritik orang bahwa tulisannya
amburadul, pemikirannya terlalu dangkal atau pengalamannya dianggap biasa saja. Mending kita melakukan suatu hal
positif ketimbang diam saja. Kata orang bijak, untuk menuju kesuksesan,
dibutuhkan langkah pertama dimana pada saat akan ada berbagai macam halangan. Jadi
wajar aja kalau ada banyak yang mengkritik atau mencemooh. Nikmati saja
prosesnya. karena kesuksesan bukanlah hal instan.
Selamat memulai kegiatan menulis teman-teman muda.
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kab. Mimika/ Pemuda Timika Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino